Selasa, 19 Januari 2016

HAKIKAT KELOMPOK SOSIAL

Manusia sejatinya memiliki hasrat untuk hidup berkelompok dan hidup bersama dengan orang lain. Bagaimanakah hakikat kelompok sosial dalam masyarakat? Berikut penjelasannya. 

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari bahasan ini, kalian diharapkan mampu memahami mengenai hakikat kelompok sosial dalam masyarakat.
Pada hakikatnya, manusia memang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk pribadi, sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak mungkin hidup tanpa berkelompok. Abu Ahmadi (2009) mengemukakan bahwa kelompok sosial adalah faktor utama yang akan memampukan manusia tumbuh dan berkembang sebagaimana wajarnya. Sementara Emory S. Bogardus (2008) menyebut betapa tukar-menukar pengalaman (social experiences) yang terjadi dalam kehidupan berkelompok memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian manusia. 
Lebih lanjut, kelompok-kelompok sosial terbentuk karena adanya hasrat dalam diri manusia itu sendiri. Hasrat tersebut, antara lain, sebagai berikut :
• Hasrat sosial, yaitu hasrat manusia untuk menghubungkan dirinya dengan individu atau kelompok lain. 
• Hasrat bergaul, yaitu hasrat untuk bergaul atau bergabung dengan orang-orang maupun kelompok lain.
• Hasrat memberitahukan, yaitu hasrat manusia untuk menyampaikan perasaannya kepada orang lain.
• Hasrat meniru, yaitu hasrat manusia untuk meniru suatu gejala, baik secara diam-diam maupun terang-terangan, baik untuk sebagian ataupun keseluruhan. 
• Hasrat berjuang, yaitu hasrat manusia untuk mengalahkan lawan atau berjuang untuk mempertahankan hidupnya.
• Hasrat bersatu, yaitu hasrat manusia untuk bersatu dengan lainnya agar tercipta kekuatan bersama, mengingat adanya kenyataan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah.
Sejumlah ahli memberikan definisi tentang kelompok sosial, sebagai berikut :
1) Burhan Bungin
Kelompok sosial adalah kehidupan bersama manusia dalam himpunan atau kesatuan yang bersifat guyub atau pun formal.
2) D.W. Johnson dan F.P. Johnson
Sebuah kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka (face to face interaction), dimana masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, masing-masing menyadari keberadaan orang lain yang juga anggota kelompok, dan masing-masing menyadari kesalingtergantungan secara positif dalam mencapai suatu tujuan bersama.
3) J.P. Chaplin
Kelompok adalah sekelompok individu yang memiliki kesamaan dalam sejumlah karakteristik tertentu atau memiliki tujuan yang sama. Antara orang-orang tersebut saling berinteraksi, walaupun interaksi tidak perlu langsung dan tatap muka.
Sebagai tambahan, McDougall menyatakan sejumlah hal mengenai kelompok sosial:
a) Perilaku dan struktur yang khas dari suatu kelompok tetap ada, walaupun anggotanya berganti-ganti. Anggota kelompok dapat silih berganti datang dan pergi, namun nilai, norma, serta pembagian tugas dalam kelompok akan bertahan sebagaimana adanya.
b) Pengalaman-pengalaman kelompok direkam dalam ingatan. Setiap anggota biasanya memiliki pengalaman berkesan dalam kehidupan berkelompok atau berhubungan dengan kelompok lain. Pengalaman-pengalaman tersebut, disadari atau pun tidak, memiliki pengaruh terhadap pembentukan dan perubahan kepribadian. 
George Simmel menambahkan bahwa, ketika dalam kesendirian sekali pun, individu membawa kenangan dan imajinasi tentang orang-orang lain yang mempengaruhi pikiran juga tindakannya.
c) Kelompok mampu merespons secara keseluruhan terhadap rangsang yang tertuju kepada salah satu bagiannya. Ini menunjukkan adanya solidaritas atau kekompakan antar anggota kelompok. 
d) Kelompok menunjukkan adanya dorongan-dorongan. Suatu kelompok dapat mendorong anggota-anggotanya untuk berperilaku positif atau pun negatif. 
e) Kelompok menunjukkan emosi yang bervariasi. Dalam suatu kelompok, para anggota mungkin saja memiliki emosi (perasaan) berbeda terhadap suatu obyek yang sama. Meski demikian, perbedaan emosi tersebut umumnya dapat diatasi jika terdapat kepentingan untuk mencapai tujuan kelompok.
f) Kelompok menunjukkan adanya pertimbangan-pertimbangan kolektif (bersama). Ketika hendak mengambil keputusan menyangkut kepentingan kelompok, lazimnya akan didahului oleh perundingan untuk mencapai kesepakatan yang dapat diterima sebagian besar anggota. Selain itu, individu yang menjadi anggota dari suatu kelompok sosial pun biasanya selalu mempertimbangkan kelompoknya sebelum bersikap atau berperilaku.

RANGKUMAN

1) Pada hakikatnya, manusia memang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk pribadi, sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak mungkin hidup tanpa berkelompok. 
2) Abu Ahmadi (2009) mengemukakan bahwa kelompok sosial adalah faktor utama yang akan memampukan manusia tumbuh dan berkembang sebagaimana wajarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar